Wednesday, April 18, 2012

Amran Nur - Walikota Sawahlunto

AmranNur;Menghidupkan Kota Hampir Mati
Kamis,12 April 2012, 12:04 WIB

http://parmatohitam.multiply.com


Amran Nur; Menghidupkan Kota Hampir Mati


Sejak surutnya penambangan batu bara, Sawahluntomemang terancam menjadi ghost city (kotahantu). Selama lebih dari 100 tahun, tepatnya sejak 1891 ketika kolonialBelanda membuka tambang batu bara, kota itu terus berdenyut. Batu bara ibaratmagnet yang menarik banyak orang berpindah ke Sawahlunto, baik dari Eropamaupun seluruh nusantara.

Keadaan itu berubah ketika cadangan batu bara menipis dan berkurangnyaoperasional PT Bukit Asam Unit Produksi Ombilin. Puncaknya setelah erareformasi, tambang liar marak di mana-mana. Tiap jengkal tanah di Sawahluntodikeruk serampangan, meninggalkan kerusakan lingkungan yang teramat parah.

Kota yang indah di masa lalu dengan banyak bangunan-bangunan peninggalanBelanda itu menjadi lesu seiring makin berkurangnya batu bara. Selama ini,warga Sawahlunto memang menggantungkan kehidupannya pada si emas hitam.“Pada 2003, kalau siang hari kita bisa main badminton di Jalan PasarRemaja karena sepinya. Pukul tujuh malam saja jalan-jalan di kota sudah sepi.Kalaupun punya uang, kita tak bisa beli apa-apa, karena tidak ada pedagang yangberjualan,“ kata Amran Nur, wali kota Sawahlunto.

Sekarang, Sawahlunto kembali menemukan kejayaannya. Orang kini mengenalSawahlunto sebagai salah satu tempat tujuan wisata yang unik. Kota tua itu tertata rapi, bersih, aman, dan nyaman.Perekonomian juga menggeliat. Pendapatan per kapitapenduduknya kedua tertinggi di Sumbar. Tak ditemukan peminta-minta di seanterokota. Tingkat kemiskinan terendah kedua di seluruh Indonesia setelah Denpasar,Bali.
Di bidang pendidikan, pengelolaannya dinilai yang terbaik di Sumatra Barat.Jumlah penduduk kembali bertambah setelah berkurang secara signifikan sejakawal 2000. Dan, yang paling penting, Sawahlunto kini tak menggantungkanhidupnya pada batu bara. Tanaman cokelat, karet, dan pariwisata menjadi andalanmasa depan.

“Dulu, sepertinya akan kiamat saja tanpa batu bara. Sekarang tidaklagi,“ ujar Amran. Sejak pertama menjabat sebagai wali kota, Amran Nurmemang menaruh perhatian pada peningkatan ekonomi rakyat. Latar belakang nyasebagai pengusaha di Jakarta mendorong ia selalu berpikir bagaimanameningkatkan income per kapita warga. “Apabila pendapatan meningkat makamasalah pendidikan, agama, dan kesehatan akan lebih gampang dikelola,”tutur mantan peng usaha di bidang pengolahan air minum ini berprinsip.

Peningkatan pendapatan masyarakat dilakukan dengan mengembangkan sektorpertanian. Luas Sawahlunto yang mencapai 270 ribu hektare memungkinkan untukitu. Mulailah digalakkan ber bagai program, mulai dari tanam cokelat,pemeliharaan sapi, karet, mahoni, sampai peternakan ayam. Bibit ta nam an danpupuk diberikan secara gratis.
Untuk mendukung itu, di desa-desa dibangun jalan sentra produksi yangmemudahkan warga pergi ke la dang atau sawahnya. Pro gram itu menunjukkanhasil.

Amran memang tidak mendatangkan investor untuk berinvestasi di bidangpertanian. Ia mendorong warga mengusahakan tanahnya sen diri agar menjadi tuanatas lahannya.

Di bidang perdagangan, ia juga tak memberi peluang mal berdiri di kota kecilitu. “Mal itu tidak memberikan kontribusi apa-apa bagi peningkatanekomoni rakyat,“ ujarnya beralasan. Ia lebih memilih memberdayakanpedagang. Bahkan, Amran melegalkan pedagang kecil untuk berjualan di pusatkeramaian, Lapangan Segitiga.
Ayah dua orang putri, Ditta Febrina Amran dan Dilla Novilla Amran, inisebelumnya tak membayangkan akan kembali ke kampung halaman. Sudah 40 tahun lebih ia merantau. Selama ini, ia kerap pulangkampung, namun tak sekali pun bersentuhan dengan pemda. Pada kesempatan pulangbersama warga Sawahlunto pada 2002, Amran didaulat bicara tentang pembangunan.

Melihat kondisi Sawahlunto yang makin muram, lulusan Teknik Penyehatan ITB itupun tergerak untuk berbuat sesuatu. Tapi, jalan tak mudah. Amran bukan orangpartai.
Saat itu, pada 2004, pemilihan wali kota masih dilakukan oleh anggota DPRD. Yangia lawan adalah ketua DPRD dari Golkar yang punya delapan kursi atau 40 persensuara dari total 20 anggota DPRD. Artinya, lawannya hanya butuh tiga suara lagiuntuk melenggang menjadi wali kota.
“Saya ini orang nekat. Kalau dihitung-hitung, rasa nya tak mungkin bisadipilih. Tapi, dengan pendekatan akhirnya saya terpilih.” Pada 2008, saatwali kota sudah dipilih langsung oleh rakyat, Amran kembali memenang kanpemilihan.

Ia mengaku, banyak hal yang dilakukan untuk menata Sawahlunto. Tapi, yang utama adalah mengubah min d set warga. Kalau wargasudah merasakan manfaat program yang ditawarkan, akan mudah mengaturnya. Ia punmemberi contoh dengan ikut menanam cokelat, karet, dan beternak ayam.

Perubahan-perubahan yang dilakukan Amran juga ka dang menimbulkan pro dankontra. Misalnya, saat menata tambang liar. Ia me milih melakukannya pelanpelandengan cara persuasif sambil tetap melakukan pe negakan hukum. Sekarang, takada lagi tambang liar. Bu kit-bukit yang tadinya rusak oleh penambang liar,kini mu lai menghijau. “Kalau saya memikirkan populer saja, tidak akanada perubahan.”
Amran memang seperti tak memedulikan ia populer atau tidak. Tak pernah iamemajang gambar dirinya di baliho-baliho seluruh kota. Kalaupun ada, itubersamasama unsur Muspida lainnya. “Anak saya mengatakan, kalau adagambar saya terpasang di spanduk atau baliho sendirian, dia yang akan pertamakali menurunkan,“ tuturnya.

Di bidang pariwisata, Sawahlunto sudah mencapai visinya. Kota itu mempunyaivisi menjadi Kota Tambang yang Berbudaya pada 2020. Pada 2010, Sawahlunto sudahmenjadi Kota Wisata.
Pengembangan wisata dimulai dengan pembukaan museum stasiun kereta api, TambangMbah Soero, dan Gudang Ransoem. Lalu, berkembang dengan adanya Waterboom,resor, kebun binatang, areal pacuan kuda, areal motocross, dan sebagainya.

Tahun ini, Sawahlunto akan membangun sky lift yang menghubungkan stasiun keretaapi dengan Puncak Cemara, sebuah bukit tempat Kota Sawahlunto biasa dinikmatidari ketinggian. “Prinsip kita, wisata itu harus untung, kecualimuseum,“ tutur Ketua Jaringan Kota Pusaka Indonesia itu.
Kini, Sawahlunto bertekad untuk mengalahkan Bukittinggi sebagai daerah tu juanutama wisata di Sumatra Barat. Menurut Amran, hal tersebut bukannya tidakmungkin dapat tercapai.

Kondisi Kota Sawahlunto memang sudah jauh membaik. Secara fisik, kota ini tertata rapi dan jalan-jalan bersih. Duasungai yang membelah kota bebas dari sam pah. Beberapa waktu lalu, sebuahmajalah berita nasional di Jakarta memilih Sawahlunto sebagai kota kecil palinglayak huni di Indonesia.

Dulu, kata Amran, orang Sawahlunto, jika ditanyakan asalnya akan menjawab dengan menunduk dan suara pelan. Itu menandakan ia minder dengan daerahnya.

Bahkan, PNS dari daerah lain yang dipindahkan ke Sawahlunto berpikir bahwa diatelah melakukan kesalah an sehingga dipindahkan ke kota kuali ini. Kini,kondisi nya berputar terbalik. Warga begitu bangga dengan kota ini.

“Kalau dulu orang bilang, Sawahlunto bapaga kawek, masuk mudo kalua gaek,se karang berubah, masuk mudo kalua padek (Sawahlunto berpagar kawat, masukmuda keluar tua, sekarang berubah, masuk muda keluar kaya). subroto ed: anif punto utomo
   

Thursday, April 12, 2012

Pemimpin merakyat, atau pemimpin yang berlogika

Beberapa hari belakangan ini ada ada diskusi dan reaksi di sebuah group email atas aksi seorang pejabat Menteri Indonesia yang mengurai kemacetan di pintu tol Ancol (Jakarta). Reaksi anggota milis menuju 2 (dua) kutub, ada yang bersimpati, setuju dan mendukung tetapi ada pula yang mencemooh, dan menganggap tindakan sang menteri itu mencari sensasi dan popularitas belaka.

Sewaktu SMA guru sejarah menerangkan bahwa salah satu faktor suksesnya revolusi Perancis adalah berkembangnya aliran romantisme (Romantic) yang mengikuti gerakan "Renaissance" yang memberi kebebasan berekspresi dan berkarya kepada seniman dan rakyat Perancis. "Tinggi gunung kan kudaki, luas lautan kan kuseberangi", itu hanyalah ungkapan kata,  tetapi romantisme yang melahirkan kebersamaan emosi telah mengkonversi artikulasi kata itu menjadi energi yang maha dahsyat untuk menumbangkan kekuasaan yang mengangkangi hak-hak kebebasan dan keadilan dalam waktu yang cukup lama itu. Revolusi Perancis, People Power di Philippine dan Gerakan Reformasi tahun 1998 di Indonesia sama-sama didorong oleh gerakan romantisme. Darah dan airmata adalah lubrikasi bagi gerakan romantis, semakin banyak darah tertumpah dan air mata ibu korban yang mengalir karena kepahlawanan anaknya, maka akan semakin cepat pula roda emosional berputar mencari kesetimbangan baru. Berbeda dengan aliran realisme yang dipengaruhi logika, kesuksesan aliran romantis justru karena mengkesampingkan logika. Aliran realisme tidak pernah sampai pada hitungan bahwa ratusan mahasiswa beraliran romantis akan mengencingi atap gedung DPR/MPR Indonesia pada tahun 1998 itu. Tetapi aliran romantis pula yang melanggengkan jalan bagi salah seorang petinggi partai disangka korup, padahal aliran realisme bisa mendeteksi prilaku korup tersebut semenjak dini dari  pengolahan data dan logika statistik, karena prilaku individu di masa depan tak jauh berbeda dengan prilakunya di masa lalu.

Apa yang dilakukan oleh sang menteri Indonesia di atas adalah mencoba menunggangi aliran romantisme masyarakat Indonesia yang sedang frustrasi, marah, sedih dan kecewa dengan kenyataan (realism) bahwa reformasi dan demokrasi tak memberi kemajuan apapun bagi kesinambungan berbangsa dan bernegara semenjak reformasi tahun 1998, pemerintah dianggap tak membela rakyat, pejabat tak memiliki sensitivitas bahwa rakyat bertahan hanya untuk hidup dari hari-ke-hari. Maka ketika ada seorang pejabat menteri diliput media bahwa dia ikut mengurai kemacetan di pintu tol, maka awan emosional romantisme akan menutupi cahaya logika, dan masyarakat yang sakit dengan serta merta terharu dan simpati dan menganggap tindakan tersebut adalah nyata sebagai kepedulian yang merakyat, padahal logika akan berkata bahwa tindakan tersebut mencerminkan betapa sempitnya cakrawala dan wawasan berpikir seorang pejabat sekelas menteri di Indonesia dalam memilih strategy dan taktis untuk memecahkan persoalan. Logika akan memandang kenyataan betapa luasnya Indonesia dari sabang sampai merauke untuk dikembangkan agar tak ada persoalan macet di pintu tol yang disebabkan oleh centralistik segala sendi kehidupan di seputar Jabotabek dan Pulau Jawa.

Setelah lebih 67 tahun Indonesia berdiri, seharusnya  logika masyarakat Indonesia semakin sehat.