Saturday, March 31, 2012

Material dan Standard dan Pengelasan

Matahari "summer" yang sudah mulai menjilati Gurun Nimr menembus pick-up yang disopiri oleh seorang teman berasal dari Kerala bernama Jayraj pagi ini. Setelah pemanasan pada weekly "Safety Gate Meeting" di bawah curah energi matahari, dan setelah selesai memberi arahan kerja kepada para inspektorat-ku, aku bersiap tempur posisi menyerang dalam meeting jarak jauh (tele-conference) dengan "Coastal Office", karena selembar "Technical Query"-ku yang aku anggap lebih penting daripada leye-leye orang Coastal saat "weekend" belum ditanggapi oleh Welding Engineer.

Bergaya seperti striker Barcelona, maka ketika pluit meeting ditiup, aku langsung menendang dengan otak kiri keras ke gawang lawan. Tak habis pikir, bagaimana bisa usulanku untuk mengelas material BS EN 275JR dengan menggunakan "qualified WPS - code AWS D1.1" yang dikualifikasi dengan material A36 tak dimengerti oleh Insinyur Las asal Romania tsb. Dia bawa plak aku pusing-pusing dengan code ISO 15614 Pak Cik, aku bawa dia berenang ke pasal 3.4 AWS D1.1 "The Engineer may approve unlisted materials for auxiliary attachment which fall within chemical composition range of a listed material to be welded with pre-qualified WPS". Alamak.....dia tak faham, aku tak boleh nak tahan spaning, aku cakap "engkau ni tak faham pasal AWS kah?".

Setelah "lunch time", satu lagi "problem lucu" tentang material yang aku harus kelarkan juga. Bagaimana bisa material berstandard Jepun JIS SS400 masuk ke area sarat standard "Shell" ini. Satu lagi "Technical Query" harus dijawab oleh Insinyur Struktur dengan Insinyur Material bersama sama dengan para dedengkot Purchaser dan Supplier.

Meeting penutup adalah dengan Client sore hari sebelum mentari terbenam di horizon gurun. Untunglah ada good news, bahwa amended WPS code API 1104 sudah disetujui untuk menggunakan material pipeline ISO 3183-3 Gr. L290 di samping material API Spec.5L X-42.

Ah ...kerjaku memang selalu bertema material, yang satu kata dasar dengan "materi dan matre", nggak enak emang, tapi nak kata apa Pak Cik..banyak jer yang buat cam tu..

Thursday, March 29, 2012

The Ruler (Yang Memerintah)

Waktu sarapan pagi yang singkat hari ini ini bertema Indonesia. Tanah tumpah darahku, begitu kata lirik lagu kebangsaan Indonesia Raya. Sejarah mencatat bahwa lahirnya Indonesia karena berbagai bangsa dan etnik di pulau-pulau Nusantara mempunyai rasa senasib sepenanggunggan sebagai bangsa yang terjajah,terhina dan digolongkan sebagai kelas 3 oleh orang kulit putih yang  mengaku sebagai Bangsa Belanda. Seorang teman asal pulau Jawa bertanya, apakah kerajaan Madjapahit yang memerintah (Ruling) hampir seluruh wilayah Nusantara dan bahkan lebih luas ke daerah Utara dulunya tidak dianggap sebagai penjajah? Apakah Madjapahit membawa kesejahteraan bagi rakyatnya, atau justru membuat penderitaan juga seperti Belanda? Alhamdulillah, kerajaan Madjapahit hancur dan di atas pulau-pulau tersebut sekarang bernama Bangsa Indonesia.

Aku tak pernah diberitahu oleh guru sejarah ataupun istriku sendiri yang juga belajar jadi guru sejarah di IKIP, ataupun dari referensi yang menceritakan bahwa pemerintah Madjapahit berhasil meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan rakyat di bawah pemerintahannya. Yang selalu ditekankan oleh guru sejarah di depan kelas adalah Sumpah Palapa, yaitu tekad Mahapatih Gadjahmada (Prime Minister) untuk menyatukan Nusantara. Terminology "menyatukan" bermakna positif bagi para murid dan generasi yang menerima pelajaran sejarah versi Pak/Bu Guru pada generasiku, tetapi terminology "memerintah" (Ruling) bermakna scientific bagi para ilmuwan sejarah. Lalu, apakah terminology "menjajah" hanya pantas digunakan pada bangsa kulit lain warna yang datang "menyatukan" atau "memerintah" pulau-pulau di wilayah Nusantara?


Aku mengambil kesimpulan sendiri sebelum bincang-bincang sarapan pagi bubar, bahwa siapapun dan golongan/partai/kelompok manapun yang menjadi pemerintah (ruler) jika tidak membuat rakyatnya sejahtera dan damai, maka kita berhak memberi cap mereka sebagai penjajah. Lebih jauh lagi, Bapak/Bu Guru sejarah akan memberi pelajaran tentang zaman penjajahan partai ABC, ataupun zaman penjajahan gangster XYZ, mafia ANS atau sindikat Apel Merah.

Lantas, apakah perjuangan pergerakan kemerdekaan juga akan exist dengan terminology baru "penjajahan" ini?

Sunday, March 25, 2012

Dari Semenanjung ke Al-Jazeera

Tak terasa seminggu lagi 2 tahun sudah aku menghirup debu dan butir-butir pasir Jazeera Arabian. Sekitar awal April tahun 2010, aku terpaksa meninggalkan orang-orang tercintaku di sebuah kondominium di Semenanung Malaya-Kuala Lumpur, karena penerapan pengetahuan, hidup, pengabdian dan petualangan harus dilanjutkan, maka airmata adalah pertnda ketegaran.

Malam itu gerbong LRT dari stasiun Taman Melati sudah tak banyak peumpang. Di sisi jendela sebelah kiri, kulepaskan pandangan pada kondominium Platinum Victory di bawah bukit itu, dan berpesan agar selalu memberi perlindungan kepada para permata hatiku "I love them". Setelah stasiun Wangsa Maju, mataku menyapu tingkat demi tingkat dan berhenti pada puncak Twin Tower Petronas yang selalu menjadi pemandangan tiap hari dari jendela kantorku. Selamat tinggal Menara Kembar.

Pagi menjelang Fajar, Qatar Airways mendarat di negeri para Syeikh yang kaya gas alam itu. Welcome Dirman Artib to Doha City in spring season.






Then it's actually 1.5 year only, and I have to say good bye to Doha after Ramadhan 2011. I have to continue my life journey to Sultanate of Oman.

At least today I'm still here in Oman Dessert where the first sunlight in Gulf Arabian.


Saturday, March 24, 2012

Formula-1

Alangkah terpenjara, membosankan dan berlebihan jika setiap perbincangan bertema kerja, project, material, klausul standard, metode, inspeksi, dan pengujian. Tiba-tiba seorang young engineer dari Jordan membuka bincang makan malam di restauran camp dengan tema balap Formula-1. Dengan sangat detail, si anak muda menceritakan sebuah event beberapa tahun lalu, ketika pembalap favourite nya bisa menyalib saingannya dengan manis. Tapi dengan mimik muka kecewa dia mengatakan bahwa dia belum pernah melihat langsung bagaimana event yang ditayangkan di banyak negara dan televisi itu berlangsung. Aku hanya beropini bahwa tidak lebih menyenangkan melihat secara langsung dibandingkan menonton TV, karena objek itu hanya lewat beberapa detik dengan mesin yang menderu-deru memekakan telinga, paling tidak itu pengalamanku ketika mempunyai kesempatan menemani Tata seorang teman pembalap motor nasional Indonesia tahun lalu di sirkuit Lusail Qatar.

Apakah lomba balap mobil maupun motor yang memicu pabrik mobil untuk memproduksi mobil-mobil yang melaju seperti setan berlari? Entahlah yang jelas setiap ada pertemuan dan pembicaraan safety di lokasi kerja, selalu diingatkan untuk membatasi kecepatan ketika berkendara, tidak menggunakan henpon dan selalu waspada dengan kondisi jalan dan cuaca. Adalah suatu persyaratan bagi oil workers untuk mengikuti pelatihan dan ujian "defensive driving program" bagi mendapatkan izin mengendarai mobil di area kerja. Pelatihan yang berbiaya cukup mahal ini merupakan suatu cara untuk membangun kesadaran dan kewaspadaan selama berkendara, dan ngebut sangatlah tidak dibolehkan bagi yang sudah lulus ujian. Pada kendaraan pun dipasang alat pantau canggih yang diberinama IVMS (In-vehicle Monitoring System), lengkap dengan sangsi berat bagi yang melanggar batas kecepatan. Para Road Safety Team (RST) pun disebar dalam memantau prilaku pengendara, kedisiplinan dalam memeriksa kondisi dan kelengkapan kesalamatan kendaraan. Pokoknya banyak dan mahal sekali sekali "effort" yang dibuat untuk menjaga keselamatan para oil workers ini. Tapi lucunya justru dalam lomba balap pula para perusahaan minyak justru juga berlomba memasang logo dan menjadi sponsor. Termasuk perusahaan yang mungkin setiap hari mengingatkan anda untuk tidak ngebut, karena anak, istri,keponakan,adik, kakak, ayah-ibu, tetangga dan pacar tercinta menunggu kepulangan anda saat cuti. Mungkin juga akan mengajak anda untuk menonton lomba balap di sirkuit, seperti si anak muda Jordan di atas.